Jumat, 10 Januari 2020

Cerpen


Bidadari Kecilmu

                Rumah sederhana bercat putih itu masih sama dengan ingatan terakhirku. Hanya saja taman yang dulu ditumbuhi oleh berbagai bunga dan pohon rindang kini menjadi lebih kotor. Dedaunan cokelat yang kering terlihat menumpuk dan menutupi rumput hijau di  sekitar pepohonan rindang itu. Tak ada lagi bunga mawar ataupun anggrek yang telah kutanam dan kurawat dengan sepenuh hati beberapa tahun silam kini tergantikan oleh rumput – rumput liar disertai duri yang mulai memagari rumah itu. Rasanya sedih menatap perubahan taman rumah itu.

Kakiku terasa mati rasa ketika menatap rumah itu. Semua emosi terasa mengalir di darahku. Kenangan yang indah dan sedih semakin berkeliaran liar di otakku, memaksa aku untuk melangkahkan kaki menuju teras rumah bercat putih itu.

                Aku telah berada di depan pintu rumah itu. Ku masukkan benda kecil yang akan membuka pintu itu dan menarik kenopnya. Pintu tua itu berdecit keras tanda lama tak pernah dibuka lagi. Ku langkahkan kakiku memasuki ruang tamu yang kini telah dipenuhi berbagai debu. Aku hanya terpaku sebentar dan melanjutkan langkahku menuju kamar dari rumah itu. Tiba – tiba langkahku dihentikan oleh suatu wajah yang begitu ku rindukan. Wajah yang telah pergi bertahun – tahun silam yang membuatku tak bernah kembali lagi ke tempat ini. Ke tempat di mana semua kenangan akan satu – satunya orang yang kucintai.

“Kakek,” aku menghembuskan nafas berat kepada pigura foto itu.

“Malaikat kecilmu telah datang Kakek. Tidakkah dirimu ingin memelukku ?” Tangisku pun pecah seakan duniaku kembali runtuh. Aku hilang tanpamu, Kakek.

                Hembusan angin yang entah dari mana terasa menghangat disela – sela tangisanku seolah – olah menghangatkan hati malaikat kecil yang kembali pulang.

                “AKu tahu itu kau, Kakek. AKu merindukanmu”

-Selesai-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar