Jumat, 10 Januari 2020

Cerpen - Suara Aneh Dalam Kepalaku

Suara Aneh Dalam Kepalaku

            Ini kisah yang terjadi beberapa tahun silam ketika sahut - sahutan suara – suara aneh yang entah apa itu terus saja mengganggu pendengarannya.

            Kisah ini dimulai ketika sang mentari – yang katanya sang penerang berlahan tapi pasti menutup usianya di kala sang kegelapan melingkupi cakrawala. Dengan kuasa sang kegelapan, ia munutupi segala bentuk dan rupa hingga semuanya terlihat menakutkan dan mencekam. Aku tidak bohong sama sekali, lihatlah para anak – anak kecil akan takut berkeliaran ketika sang kegelapan datang menjeput bahkan hewan – hewan pun juga. Mungkin orang yang mengatakan dirinya dewasa atau tua tidak akan mengatakan takut, tapi tolong jangan benar- benar percaya pada mereka karena sebenarnya mereka mendengar suara – suara aneh itu hanya saja mereka malu untuk mengakui bahwa mereka takut atau mungkin mereka mencoba berpikir secara logis ? Tidak .... tidak suara – suara itu benar – benar logis bahkan ahli metafisika sedang menelitinya.

            Di tengah malam yang mencekam itu, tepatnya disebuah rumah yang tidak begitu besar dan hanya memiliki 2 tetangga rumah terdekat ada 3 orang manusia yang hidup di dalamnya.  3 orang manusia menghuni rumah itu, seorang ibu beserta 2 orang anaknya, seorang anak laki – laki yang tengah duduk di bangku SMA dan seorang anak perempuan yang tengah duduk di bangku sekolah menengah pertama.

            Anak perempuan itu tengah berdiri tegak memandangi sekarang. Menatapku begitu intens bahkan membuat tubuhku benar – benar merinding dengan tatapannya. Ia melihatku dengan mata tajam dan aku menatapnya kembali dengan tatapan yang sama tajamnya. Kulitnya berwarna agak kecoklatan dan aku memiliki kulit yang benar – benar persis seperti dirinya, bukan itu saja hampir semua organ tubuh yang aku miliki menyerupai anak perempuan itu, apakah aku adalah kembarannya ? Oh tidak .... biarkan aku memberitahumu rahasia bahwa dia – anak perempuan yang memandangiku intens sebenar- dan sebenarnya adalah aku yang asli karena kini anak perempuan itu tengah memandangi cermin setinggi tubuhnya yang berada di kamarnya.

            Malam ini adalah malam kesekian kalinya ketika aku terus saja memandangi diriku didepan cermin yang baru saja diletakkan di dalam kamarku. Aku tidak sedang benar – benar bercermin sekarang.... percayalah karena sekarang aku sedang memperhatikan apa yang ada disekitarku tanpa benar – benar memperhatikannya – semacam tipuan yang ingin kulakukan kepada sesuatu yang kurasa terus saja memperhatikanku beberapa waktu ini. Namun tidak ada tanda – tanda apapun yang memperkuat perasaan dan indraku ini. Mungkin ini hanya perasaanku ..... tapi tetap saja aku merasakan ada sesuatu yang terus saja memperhatikanku bahkan mengintaiku ketika sang kegelapan mulai mengintip.

            Malam ini, dikamarku aku akan kembali tidur sendiri tapi mataku sama sekali tidak bisa terpejam. Sudah beberapa kali aku membolak – balikkan tubuh namun tetap saja tidak ada posisi tidur yang mampu membuatku terlelap.

“Teng ... Teng ... Teng,” Bunyi jam dari ruang keluarga itu memeperingatiku bahwa sudah pukul 12, dan aku masih tidak bisa terlelap.

Sudah pukul 12 tengah malam, aku kembali merasakan ada sesuatu yang memeperhatikanku.... aku memberanikan diri melihat sekelilingku dan pada sudut kamarku, mataku tiba – tiba menangkap....

“Prang” Bunyi benda yang jatuh itu mengagetkanku dan segera saja mengalihkan perhatianku dari ‘sesuatu’ itu.

“Auwwww....auwwww,” Baru saja aku terkejut dengan ‘ sesuatu’ itu kini gonggongan anjing yang terdengar seperti serigala malah membuatku kakiku semakin dingin. Aku kembali teringat dengan ucapan para nenek – nenekku bahwa jika anjing menggonggong seperti layaknya serigala, itu berarti mereka melihat ‘sesuatu’ karena konon menurut cerita anjing memiliki indra keenam.
            Karena pemikiran itu, aku pun segera ke kamar Mamaku

“Mama .... mama .... mama.... bangun .... bangun....,” Panggilku kepada Mamaku sambil mengedor – ngedor pintu kamarnya yang tertutup.

“Kenapa, nak ? Ada apa ?”, Jawab Ibuku setelah membuka pintu kamarnya. Wajah tampak khawatir dengan panggilanku.

“Temani aku tidur, Ma. Aku takut,” Jawabku pada Mama dengan raut wajah memohon.

“Itu Cuma perasaanmu saja, nak. Masa mau takut sama yang gak kelihatan ? “ ucap mama mencoba menenangkanku.

“Tapi aku merasakannya, Ma. Sesuatu itu seperti terus melihatku” Ucapku masih ngotot dengan apa yang sebarnya aku rasakan.

“Sudahlah. Mama temani kamu tidur.” Ucap Mama akhirnya.

            Akhirnya malam ini kira – kira pukul 01.30 akhirnya mataku bisa diajak bekerjasama setelah aku tidur bersama Mama. Aku tidak lagi merasa ada ‘sesuatu’ yang memperhatikanku.
“Hu.hu...hu...ah,,,hu....hu....hik...hiks.....,” Suara tangis itu membangunkanku.

Mataku beralih kepada Mama, tapi dia tidak menangis, Mama sedang tidur bahkan sangat pulas. Mungkin Kakak laki – lakiku....

“Hu....huu...hiks....hiks...,” Suara tangis itu kembali terdengar, dan aku pastikan ini bukan suara laki – laki, ini seperti suara anak perempuan. Tapi siapa yang menangis ? Mungkin saja tetanggaku.... tidak .... tidak tetanggaku tidak punya anak perempuan dan aku sama sekali tidak melihat anak perempuan di sekitar tempat tinggalku.

Kakiku kembali dingin dan jantungku berdetak begitu cepat. Mungkinkah ?....

“Hu... hu....hiks,,,, huks.... huuuu,” Suara tangis itupun kembali mengencang. Tubuhku gemetar.
“Mama.... Mama.... bangun.... bangun.....ada suara orang menangis.... Mama .... Mama,”Aku segera membangunkan Mama dan ketika Mama terbangun suara itu hilang.

“Suara apa ? tidak ada orang yang menangis kok ? Mungkin kamu salah dengar.”Ucap Mama menenangkanku.

“Gak Ma, aku dengar. Suara anak perempuan menangis. Tangisannya Ma, seperti sangat sedih, Ma ini beneran. Tapi .... suaranya tiba – tiba berhenti sewaktu Mama terbangun.

“Sudah .... mungkin suara tetangga. Kami tidurlah kembali. Besok kamu harus masuk sekolah” Ucap Mama lagi dan Mama pun kembali menutup matanya dan melanjutkan tidurnya yang sempat terganggu. Dan aku pun juga mencoba melupakannya walaupun aku masih penasaran.

2 hari berikutnya aku memilih tidur sendiri karena aku harus bangun pada subuh hari untuk belajar untuk persiapan ujian. Sekitar pukul 03.00 aku pun terbangun dan masih belum ada gangguan. Namun beberapa waktu kemudian aku mendengar suara tangisan yang sama persis.
“Hu.hu...hu...ah,,,hu....hu....hik...hiks.....,” Aku ketakutan, sangat ketakutan. Dan aku sadar bahwa suara itu berasal dari luar jendela kamarku. Aku pun segera berlari keluar kamarku dan untungnya Ibuku telah terbangun. Dan sekali lagi suara itu berhenti tepat setelah aku mengatakannya pada Ibuku.
***

Siang ini adalah siang seperti biasanya. Dan aku yakin suara itu tidak akan menggangguku pada siang hari, aku yakin itu. Aku pun memilih tidur siang dikamarku. Aku tidur dengan mengisahkan banyak tempat pada daerah dekat jendela pada kasurku dan membelakangi jendela kamarku. Namun setelah beberapa saat aku tertidur aku merasakan ada seseorang dibelakangku.

“Fu....Fu....Fu...Fu....Fu.....Fu....,” Aku merasakan hembusan nafas itu dari arah belakangku. Tapi aku belum percaya. Mungkin aku hanya mendengar nafasku sendiri. Dan ketika aku mencoba menahan nafasku, tarikan nafas itu malah terdengar lebih keras pada telingaku. Dan aku menyimpulkan in bukan nafasku dan tidak ada seorang pun yang berada di rumah sekarang.

Aku pun segera berpindah ke sofa di ruang tamu dan mencoba tidur siang lagi, tapi nafas itu kembali menerpa tengkukku ketika mataku kembali terpejam. Akhirnya semenjak siang itu aku memilih untuk tidak tidur siang.

Dan Sialnya, ketika malam hari suara tangisan itu kembali datang. Kini aku berlari ke kamar Kakak Laki – lakiku, mungkin suara itu akan berhenti. Namun tidak ....
“Hu.hu...hu...ah,,,hu....hu....hik...hiks.....,” Suara tangisan itu malah semakin mengeras dibandingkan suara tangisan sebelum – sebelumnya.
“Mama.... Mama ..... Ade.... Ade.... bangun.... Mama.... Ade bangun,”Aku berteriak memanggil Mama dan Kakakku laki – laki dan suara tangisan itu malah terdengar lebih kencang lagi.
“Ada apa ? Kenapa, nak ?”Tanya Mama dengan khwatir ketika melihatku tengah berada di kamar Kakakku yang lebih dekat dari kamar Mama.
“Ma... suara itu .... suara tangisan itu.... aku ... takut.... suaranya sangat keras,” Ucapku sambil terisak di dalam pelukan Mama.
Dan semenjak kejadian itu Mama akhirnya selalu menemaniku tidur.
***

Suatu siang ketika aku bermain di rumah tetanggaku, memang tetanggaku ini seorang laki – laki tapi sebenarnya dalam tubuhnya terdapat jiwa perempuan. Itulah mengapa aku terkadang datang bermain – maksudku mengobrol dengannya sewaktu – waktu.

            Kali ini wajah Fredi tidak seperti biasanya, dia terlihat lebih serius kali ini.
“Ca, Kamu pernah mendengar sesuatu kan ?”Ucap langsung ketika aku baru saja ingin memulai obrolan ala perempuan dengannya.

“Apa ?”Jawabku bingung dan tiba – tiba aku mengingat hal itu.

“Suara – suara aneh, suara anak perempuan ? ” Ucap Fredi dengan wajah serius.

“Ya... eh ? kamu tahu ?”Ucapku kaget dengan jawabannya yang sesuai dengan apa yang aku hadapi belakangan ini.

“Aku bisa merasakannya, dan ....” Fredi terlihat ragu melanjutkan jawabannya. “Dan aku bisa melihatnya,”Lanjutnya.

“Apa ?” Aku sangat kaget dengan kenyataan ini.

“Gini dengerin aku dulu. Dulu di rumah tetangga sebelah kita pernah terjadi pembunuhan kepada seorang Ibu dan anak perempuannya. Dan pembunuhnya itu adalah suami dari Ibu itu sendiri. Entah apa masalahnya, aku gak tahu pastinya, karena ini udah lama terjadi bahkan sebelum aku dan kamu lahir. Aku dengar cerita ini dari Ibuku. Ibu dan Anak itu dikuburkan di halaman rumahnya. Tapi....?” Cerita Fredi padaku.

“Apa ? Jadi apa hubungannya denganku ?” Ucapku memotong cerita Fredi.

“Dengarin Dulu, gak usah potong ceritaku. Tapi sebulan yang lalu makam Ibunya telah dipindahkan oleh keluarganya sedangkan makam sang anak perempuan belum dipindahkan kerana tidak diketahui pasti letaknya, mungkin saja makamnya berada di bawah rumah itu. Dan menurut hipotesis sementaraku, Dia menangis dan mengganggumu supaya kamu mau bermain dengannya dengan kata lain dia ingin supaya kami tidak takut akan kehadirannya di sekitarmu. Dan kenapa dia melakukan itu padamu ? Karena hanya kamu anak perempuan di sini satu – satunya yang bisa ia temani bermain kerena Ibunya telah dipindahkan. Jadi kamu jangan takut, anggap ini biasa saja,” Fredi pun mengakhiri ceritanya.
***

            Jujur saja, mana bisa aku menganggap ini hal yang biasanya. Tapi demi kenyamanan dan ketenangan jiwaku lebih baik aku mencoba saran dari wanita bertubuh pria itu. Kini aku tidak lagi berteriak memanggil Mama ketika aku mulai mendengar suara aneh seperi Nafas yang keras dan ketukan pada jendela kamarku yang langsung terhubung dengan dunia luar.

            Setidaknya tidak ada lagi suara tangisan yang menakutkan itu, walaupun aku masih saja ketakutan jika nafas itu kembali mengenai tengkukku. Aku juga menyisahkan setengah kasurku dan berbalik ke arah jendela ketika tidur. Dan benar saja nafas itu tidak lagi menggangguku. Mungkin dia hanya ingin aku tenang dengan dia yang berada di sekitarku.

Beberapa minggu kemudian, makam anak perempuan itupun akhirnya dipindahkan dan rencananya akan dimakamkan di samping makam Ibunya yang telah duluan dipindahkan.

Ketika malam harinya, mungkin pukul 07.00 malam, Kakakku laki – laki yang lain yang tengah menghabiskan libur kuliahnya tengah duduk di depan pintu rumah. Sedangkan Aku, Mama, dan Kakak Laki – lakiku yang satunya tengah duduk di ruang tamu. Tiba – tiba saja ....
“Astaga .... Apa itu ?” Teriak Kakakku yang pertama yang tadinya duduk di depan pintu menghadap ke luar namun Ia segera berlari ke dalam.

“Apa ? Apa yang kamu lihat ?” Ucap Mama dan Kakakku yang kedua.

“Tidak ada apa –apa kok,”Ucap Mama setelah melihat keadaan di luar.

“Iya, Gak ada apa – apa kok,” Ucap Kakakku yang kedua dan membenarkan ucapan Mama.
Karena penasaran aku pun hendak melihat apa sih yang ada di luar.

Dan ketika aku melihat.... Aku melihat seorang perempuan .... bukan sepertinya seumuran denganku.... berambut panjang.....wajahnya pucat, namun dia tersenyum.... dan melambaikan tangannya padaku.

Dan akhirnya aku mengerti apa yang sebernya kakak pertama ku lihat tadi.
-Selesai -

Mohon tinggalkan jejak yah :) 
Ditunggu komen dan sarannya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar