Jumat, 10 Januari 2020

Cerpen


IN ANOTHER LIFE

Suatu binar kebahagian tampak terpancar beserta auranya di sebuah hall tempat sebuah pernikahan emas dilangsungkan. Binar kebahagian tampak terpancar dari wajah – wajah muda ataupun wajah yang telah termakan usia.

            Tak perlu disangkali lagi bahwa pemilik acara megah ini adalah seorang wanita berambut putih dan seorang pria berambut putih yang sedang menggenggam tangan sang wanita. Pasangan yang tak lagi muda itu bahkan di usia pernikahan mereka yang ke-50 masih tampak seperti pengantin baru. Pasangan tua itu tampak antusias menyambut tamu – tamu mereka bahkan kerap kali melemparkan candaan dengan pasangan muda lainnya.

            Angin malam yang dingin menembus tulang yang rapuh membawa sejuta kesepian dilangit gelap dipenuhi bintang itu, namun ternyata tak mampu meleburkan suatu kebahagian di pesta itu

            Sebuah gaun putih berpadu dengan emas yang mengkilap tampak membalut tubuh indah delingkupi dengan aura yang agak aneh. Wanita bergaun putih itu tampak memasuki sebuah hall tempat acara pernikahan emas itu. Langkah wanita itu begitu statis tanpa melihat bagaimana tatapan – tatapan kagum bahkan aneh yang tertuju padanya. Mata hitamnya hanya terfokus pada satu titik, sebuah titik kebahagian dimana pasangan berumur itu tampak tersenyum satu sama lain. Rasa dihatinya kembali mendidih seperti ingin meledak. Tapi apadayanya, ia hanya bisa memandang benci kepada pasangan itu.
***
            Sang wanita tua itu seakan merasa ada yang menatapnya. Ia mencari – cari tatapan itu dan ia sadar bahwa tatapan itu berasal dari sang wanita muda yang terlihat begitu cantik dalam balutan gaun putih emasnya. Ia tersenyum pada wanita muda itu, mungkin saja dia adalah anak dari temannya. Tapi tak ada seulas senyum yang diberikan gadis itu padanya hanya tatapan kosong dan  er. . . benci ? disertai wajah pucat. “Aneh,“ Gumam wanita tua itu.

Sang pria tua yang menggenggamnya berbalik menatapnya khwatir. “Kenapa sayang ? Kau berkata apa tadi ?”

Lalu wanita tua itu kembali mengedarkan pandangannya kepada wanita muda itu. Sang pria pun tampak mengikuti arah pandang istrinya. Mata wanita muda itu hanya menatap mereka. Tatapan yang sama dan masih kosong.

Sang pria tua itupun kembali memandangi istrinya dan membisikkan beberapa kata kepada sang wanita tua agar tak perlu khawatir dengan wanita itu. Mungkin saja tatapannya itu bukan untuk mereka.  Mungkin saja. Sang wanita tua itupun menghembuskan nafas yang terasa berat baginya dan mencoba kembali tersenyum.

Namun baru beberapa menit sang wanita tua itu merasa lega karena bisikan – bisikan menenangkan sang suami disampingnya.Ia kembali merasa aura aneh melingkupinya. Sang gadis muda yang menatapnya aneh terlihat melangkah mendekati mereka. Gaun putih indahnya terlihat menutupi lantai keramik sehingga kaki wanita muda itu tak terlihat melangkah. Wanita muda itu semakin mendekat kearahnya.

Langkah wanita muda itu berhenti tepat dihadapan pasangan yang telah berumur itu. Tangannya terulur dan menyalami sang istri. Hawa dingin tiba – tiba mengalir ke tangan wanita tua itu ketika bersentuhan dengan jemari pucat sang wanita muda. Senyum aneh tampak terulas dibibir wanita muda itu. Sang wanita muda pun mengulurkan kembali tangannya kepada sang pria tua dengan goresan – goresan keriput pada raut wajahnya. Sang pria tua itu menatap mata indah dihadapannya. Mata itu seolah – olah begitu kenal dengan dirinya. “Di kehidupan selanjutnya, aku tidak akan melepas-Mu. Seperti janjimu,” Gumam wanita muda itu tepat disamping telinga sang pria tua. Gadis muda itu tersenyum. Aneh , senyum yang menyiratkan kesedihan ?

Gadis itu pun berlalu meninggalkan hall menyisakan tanda tanya besar di kepala sang pria tua. Pria tua itu berpikir keras mengenai wanita itu. Ia tampaknya familiar dengan senyum itu.
***
Flashback
Ruangan putih yang diselimuti kesedihan menampakkan seorang gadis berambut hitam yang terbujur kaku tak sadarkan diri. Ia bagaikan tubuh tanpa jiwa yang hidup hanya karena berbagai alat yang menopang hidupnya. Jika bukan karena alat elektrokardiograf yang masih menampakkan denyut jantung gadis itu, tak ada yang tahu bahwa ia masih hidup.

Genggaman erat disertai tangisan pilu terus saja menemani tidur lelap sang gadis. Tak henti – hentinya suara berat itu terdengar mendengungkan kata yang sama setiap detiknya.

“Aku mencintaimu,” ucap lelaki yang menggengam tangan gadis itu. Ia menghela nafas lagi tampak menghembuskan beban berat.

“Kalau begitu pergilah. Aku berjanji, Di kehidupan selanjutnya aku tidak akan melepasmu,” Lelaki itu menghapus air mata yang lolos dari pelupuk matanya. Sang pria itu membelai lembut wajah sang wanita. Ia terkejut mendapati seulas senyum terpatri pada bibir wanita itu. Senyum yang menyedihkan.

 Tiba – tiba saja alat elektrokardiograf disamping gadis itu berbunyi keras lalu menampakkan garis lurus.

Orang – orang berbaju putih bergegas masuk dan menghentak pria itu keluar dari ruang itu.

“Aku mencintaimu,” ucap pria itu sedih sambil menatap nanar tubuh yang tak lagi bernyawa itu.

In another life
I would make you stay
So I don’t have to say
You were the one that got away
The one that got away             -Katy Perry-

-Selesai-
Ditulis : Rabu, 1 Juli 2015

Tidak ada komentar:

Posting Komentar